Kali ini, saya akan sedikit mengulang tentang penjelasan
pendekatan dan prektek dalam konseling, serta bagaimana teknik-teknik yang
biasa digunakan dalam stiap pendekatan-pendekatan tersebut.
1.
Pendekatan Psikoanalitik
·
Basic
salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah
teori psikoanalitik Sigmund Freud. Psikoanalitik adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode
psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis adalah alliran pertama dari tiga
aliran utama psikologi.
Menurut pandangan psikoanalitik, struktur kepribadian
terdiri dari tiga system, yaitu: id, ego dan superego. Dimana id aadalah
komponen biologis, ego adalah komponen psikologis, dan superego merupakan
komponen sosial.
Freud memandang tentang sifat manusia pada dasarnya
pesimistik, deterministic, mekanistik, dan reduksionistik. Menurut Freud,
manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasionall, motivasi-motivasi tak
sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan
oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama
dari kehidupan.
·
Therapeutic Relationship
Hubungan klien dengan analisis dikonseptualisasikan
dalam proses tranferensi yang menjadi inti pendekatan psikoanalitik.
Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pada analisis “urusan yang tak
selesai”, yang terdapat dalam hubungan klien di masa lampau dengan orang yang
berpengaruh. Proses pemberian treatment mencakup rekonstruksi klien dan
menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampaunya. Setelah terapi
berjalan dengan baik, perasaan-perasaan dan konflik-konflik masa kanak-kanak
klien mulai muncul ke permukaan dari ketidaksadaran.
·
Teknik dan Prosedur Teraupetik
Teknik- teknik pada terapi psikoanalitik disesuaikan
untuk meningkatkan kesadaran, memperoleh pemahaman intelektual atas tingkah
laku klien, dan untuk memahami makna berbagai gejala. Kelima teknik dasar
terapi psikoanalitik tersebut adalah:
1.
Asosiasi Bebas
Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi
bebas. Analisis dengan meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari
pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin,
mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya, betapapun menyakitkan,
dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut
bersama segala perasaan dan pikirannya. Asosiasi bebas adalah suatu metode
pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi
yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatic di masa lampau, yang dikenal
dengan sebutan katarsis. Katarsis hanya menghasilkan peredaan sementara atas
pengalaman-pengalaman menyakitkan yang dialami klien, tidak memainkan peran
utama dalam proses treatmen psikoanalitik kontemporer.
2.
Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam
menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan
transferensi-trsnferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis
yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku
yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi,
dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri.
3.
Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting
untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman
atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur
pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasaan yang direpres muncul ke
permukaan. Freud memandangg mimpi-mimpi sebagai “jalan istimewa menuju
ketidaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari, diungkapkan.
Beberapa motivasi sangat tidak bisa diterima oleh orang yang bersangkutan
sehingga diungkapkan. Beberapa motivasi sangat tidak bisa diterima oleh orang
yang bersangkutan sehingga diungkapkan dalam bentuk yang disamarkan atau
disimbolkan alih-alih diungkapkan secara terang-terangan dan langsung.
4.
Analisis dan Penafsiran Resistensi
Karena resistensi ditujukan untuk mencegah bahan yang
mengancam memasuki kesadaran, analisis harus menunjukannya dan klien harus
menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara
realistis. Penafsiran analisis atas resistensi ditujukan untuk membantu klien
agar menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi sehingga dapat
ditanganinya.
5.
Analisis dan Penafsiran Transferensi
Analisis tranferensi adalah teknik yang utama dalam
psikoanalisis sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya
dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari
fiksasi-fiksasi dan deprivasi-deprivasinya, dan menyajikan pemahaman tentang
pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. Penafsiran hubungan
transferensi juga memungkinkan klien mampu menembus konflik-konlik masa lampau
yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbuhan
emosionalnya.
2. Pendekatan
Client Centred (Client Centre Therapy/ CCT)
·
Basic
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client centered
sebagai reaksi terhadap apa yang disebutnya keterbatasan-keterbatasan mendasar
dari psikoanalisis. Pada hakikatnya client centered adalah cabang khusus dari
terapi humanistic yang menggarisbawahi tindakan mengalami klien berikut dunia
subjektif dan fenomenalnya. Terapi client centered berakar pada kesanggupan
klien untuk sadar dan membuat putusan-putusan.
·
Therapeutic Relationship
Menurut Carl Rogers (1967), keenam kondisi berikut
diperlukan dan memadai bagi pengubahan kepribadian:
1.
Dua orang berada dalam hubungan psikologis
2.
Orang pertama, yang akan kita sebut klien, ada
dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
3.
Orang yang kedua, yang akan kita sebut terapis,
ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam berhubungan.
4.
Terapis merasakan perhatian positif tak
bersyarat terhadap klien.
5.
Terapis merasakan pengertian yang empatik
terhadap kerangka acuan internal klien dan berusaha mengomunikasikan perasaan
ini kepada klien.
6.
Komunikasi pengertian empatik dan rasahormat
yang positif tak bersyarat dari terapis kepada klien setidak-tidaknya dapat
dicapai.
·
Teknik dan prosedur terapeutik
Dalam kerangka client centered, teknik-tekniknya
adalah pengungkapan dan penkomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian,
serta berbaggi upaya dengan klieen dalam mengembangkan kerangka acuan internal
dengan memikirkan, merasakan, dan mengeksplorasi. Menurut pandangan pendekatan
client centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan
mendepersonalisasi hubungan terapis klien. Teknik-teknik harus menjadi suatu
pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar
diri sebab terapis tidak akan menjadi sejati.
3. Analisis
Transaksional
·
Basic
Analisis transaksional (AT) adalah analisis transaksional
yang dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih cocok untuk
digunakan dalam terapi kelompok. AT merupakan suatu terapi kontraktual dan
desisional. AT melibatkan suatu kontrak yang dibuat oleh klien, yang dengan
jelas menyatakan tujuan-tujuan dan arah proses terapi. AT juga berfokus pada
putusan-putusan awalk yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien
untuk membuat putusan-putusan baru. AT menekankan aspek-aspek kognitif
rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga klien
akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya. Pendekatan
ini dikembangkan oleh Eric Berne, berlandaskan suatu teori kepribadian yang
berkenaan dengan analisis structural dan transaksional. Teori ini menyajikan
suatu kerangka bagi analisis terhadap tiga kedudukan ego yang terpisah, yaitu:
orang tua, orang dewasa, dan anak. AT berakar pada suatu filsafat yang anti
deterministikserta menekankan bahwa manusia sanggup melampaui pengondisian dan
pemrograman awal.
·
Therapeutic Relationship
AT adalah suatu bentuk terapi berdasarkan kontrak.
Suatu kontrak dalam AT mmenyiratkan bahwa seseorang akan berubah. Kontrak
haruslah spesifik, ditetapkan secara jelas, dan dinyatakan secara ringkas.
Kontrak menyatakan apa yang akan dilakukan oleh klien, bagaimana klien akan
melangkah kea rah tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya, dan kapan klien
mengetahhui saat kontraknya habis. Sebagai sesuatu yang dapat diubah,
kontrak-kontrak bisa dibuat bertahap-tahap. Terapis akan mendukung dan bekerja
sesuai dengan kontrak yang bagi klien adalah kontrak terapi.
·
Teknik dan Prosedur Terapeutik
Dalam praktek AT, teknik-teknik yang digunakan dari
berbagai sumber, terutama dari terapi gestalt yang digunakan. AT pada mulanya
direncanakan sebagai suatu bentuk treatment kelompokk dan prosedur-prosedur
terapeutiknya memberikan hasil dalam setting kelompok. Dalam setting kelompok,
orang-orang bisa mengamati perubahan orang lain yang memberikan kepada mereka
model-model bagi peningkatan kebebasan memilih. Mereka menjadi paham atas
struktur dan fungsi kepribadian mereka sendiri serta belajar bagaimana
bertransaksi dengan orang lain.
4. Behavioral
·
Basic
Berlandaskan teori belajar, modifikasi tingkah laku
dan terapi tingkah laku adalah pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan psikoterapi
yang berurusan dengan pengubahan tingkah laku. Perkembangan terapi-terapi
tingkah laku ditandai oleh suatu pertumbuhan yang fenomenal sejak akhir tahun
1950-an. Pada awal tahun 1960-an, laporan-laporan tentang penggunaan
teknik-teknik terapi tingkah laku sekali-sekali muncul dalam kepustakaan
professional. Sekarang, modifikasi tingkah laku dan terapi tingkah laku
menduduki tempat yang penting dalam lapangan psikoterapi dalam banyak area
pendidikan. Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku
manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa
eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan hukum-hukum yang
mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai oleh sikap membatasi
metode-metode dan prosedur-prosedur pada data yang dapat diamati.
·
Therapeutic Relationship
Ada suatu kecenderungan yang menjadi bagian dari
sejumlah kritik untuk menggolongkan hubungan antara terapis dan klien dalam
terapi tingkah laku sebagai hubungan yang mekanis, manipulative, dan sangat
impersonal. Bagaimanapun sebagian besar penulis di bidang terapi tingkah laku,
khususnya Wolpe (1968, 1969), menyatakan bahwa pembentukan hubungan pribadi
yang baik adalah salah satu aspek yang esensial dalam proses terapeutik.
·
Teknik dan Prosedur Terapeutik
1.
Desensitisasi Sistematik
Digunakan untuk tingkah laku yang diperkuat secara
negative, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respons yang
berlawanana dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu.
2.
Teknik Implosif dan Pembanjiran
Teknik ini terdiri atas pemunculan stimulus berkondisi
secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan. Teknik pembanjiran berbeda
dengan teknik desensitisasi sistematik dalam arti teknik pembanjiran tidak
menggunakan agen pengondisian baik maupun tingkatan kecemasan.
3.
Latihan Asertif
Latihan asertif akan membantu bagi orang-orang yang
(1) tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, (2)
menunjukan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk
mendahuluinya, (3) memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”, (4) mengalami
kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon-respon positif lainnya, (5)
merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran
sendiri.
4.
Terapi Aversi
Terapi aversi digunakan untuk meredakan gangguan
behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah laku simtomatik
dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak
diinginkan terhambat kemunculannya.
Stimulus-stimulus aversi biasanya berupa hukuman dengana
kejutan listrik atau pemberian ramuan yanga membuat mual.
5.
Pengondisian Operan
6.
Perkuatan Positif
7.
Pembentukan Respons
8.
Perkuatan Intermiten
9.
Penghapusan
10.
Percontohan
11.
Token Economy