Mengapa kita membutuhkan bimbingan?
Atau bahasa kerennya Guidance, dari mulai anak-anak yang belajar membaca, orang
tua yang ingin bisa mengendarai mobil, berbisnis yang baik, para wisatawan
asing yang sedang berkunjung, semua membutuhkan yang namanya guidance. Hampir
di segala aspek kehidupan, kita membutuhkan guidance. Coba sekarang saya ingin
mencoba merecall kembali
ingatan pada saat perkuliahan Psikologi Konseling tanggal 19 maret 2014
oleh Bpk. Bambang Suryadi, khususnya tentang individual differences. Ya, tidak salah dan tidak bukan, semua
manusia terlahir dengan perbedaan dan keunikannya masing-masing atau terlahir
dengan fitrahnya yang dapat merubah kepribadiannya, dengan potensi yang dibawa
setiap orang sejak lahir itulah, lingkungan dapat menjadikan mereka berbagai
macam termasuk keluarga. Lalu, apa bedanya guidance dan counseling? Counseling
adalah bagian terkecil dari guidance, sebuah interaksi tatap muka antara
seseorang dan professional. Untuk mencapai tujuan tertentu. Karena pada
hakikatnya manusia di lahirkan dalam keadaan fitrah, menurut Al-Awzaiy fitrah
memiliki makna kesucian, tanpa dosa (purity).
Pendapat ini didukung oleh hadis Nabi:
“kullu mauludin yuladu alal fitrah
fa abawahu yuhawidanihi aw yunashironihi aw yumajisanihi.”
Artinya: Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah, kedua orang tuanya lah yang menjadikan ia nasrani, yahudi dan
majusi.
Maksud suci disini bukanlah kosong
atau netral seperti yang dikatakan oleh John lock dalam teori
Psiko-Behavioristiknya, melainkan kesucian psikis yang terbebas dari dosa dan
penyakit ruhaniah. Kemudian fitrah berarti potensi yang dibawa sejak lahir (innet potencial) untuk ber-islam
memilih kepercayaan terhadap Tuhan (Believe
of god). Hal tersebut dikemukakan oleh Abu Hurairah bahwa fitrah berarti
beragama islam. Pemaknaan ini menunjukan bahwa penciptaan manusia adalah
penyerahan kepada yang mutlak ber-islam. Tanpa ber-islam berarti kehidupannya
telah berpaling dari fitrahnya. Mengakui ke-esaan Allah dan terus menerus untuk
mencari dan mencapai ketauhidan tersebut.
Hadis di atas sekaligus mematahkan
teori dari John lock dan Sigmund Freud, yang menganggap bahwa setiap orang
memiliki potensi untuk “sakit”, lalu Freud menganggap agama hanya suatu delusi,
ilusi (mensucikan lembaga kemanusiaan yang buruk), perasaan menggoda pikiran (obsessional neurosis) dan berasal dari
ketidakmampuan seseorang mengahadapi kekuatan alam di luar dirinya juga
kekuatan insting dari dalam dirinya sendiri.
Hierarki yang dibangun Freud hanya
terdiri atas alam pra sadar (preconscious),
alam tidak sadar (uncounscious), dan alam sadar (counscious). Belum menyentuh aspek atas sadar atau supra sadar,
agama menjadi fokus utamanya.
Lalu, manusia membutuhkan beberapa
bimbingan atau guidance. Untuk menjadikan dirinya sebagai manusia yang berbudi,
beretika dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (self adjustment). Dan yang terpenting adalah membimbingnya kepada
fitrah yang telah dibawa sejak lahir serta mempermudah seseorang dalam
beraktivitas (human activities) sesuai
dengan potensi yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
setiap manusia.
Guidance bukan hal yang dapat
dilakukan dengan singkat. Satu, dua, tiga atau hanya sesekali saja dilakukan.
Tetapi, guidance butuh keseriusan. Karena guidance bersifat berkesinambungan (countinous guidance)
Sumber: Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Prof.
Dr. Abdul Mujib, M. Ag
No comments:
Post a Comment